Judul : Qiimatu az-Zaman ‘inda al-Ulama’ . Pengarang : Syaikh Abdul Fattah Abu Ghuddah al-Hanafi al-Halabi. Penerbit :...
Judul : Qiimatu az-Zaman
‘inda al-Ulama’.
Pengarang : Syaikh Abdul Fattah Abu Ghuddah al-Hanafi al-Halabi.
Penerbit : Darul basya’ir al-Islamiyyah.
Tebal : 1 Jilid.
Jumlah
Hal.: 159.
Harga : Rp. 15.000,00
Peresensi : Muhammad Syamsur Rijal.
"وَالْوَقْتُ أَنْفَسُ مَا عُنِيْتَ بِحِفْظِهِ # وَأَرَاهُ أَسْهَلَ
مَا عَلَيْكَ يَضِيْعُ"
“Waktu
itu paling penting yang engkau diminta untuk menjaganya #
dan
aku melihatnya padamu mudah hilang sia-sia”
Penulis
produktif, menghargai waktu.
Syaikh Abdul Fattah Abu Ghuddah seseorang yang
arif dan bijak dalam menyikapi waktu. Tidak mengherankan jika ternyata nasab
beliau bersambung kepada seorang Sahabat Rasulullah ﷺ,
yaitu Sayyidina Khalid ibn Al-Walid ؓ yang bergelar Saifullah.
Waktu bak pedang yang menyambar, telah
Syaikh Abdul Fattah taklukkan. Kepiawaian kakeknya, Sayyidina Khalid ؓ dalam memainkan sebilah
pedang -hingga dapat mengalahkan pemimpin Romawi, Georgius Theodore- telah
diwarisi Syaikh Abdul Fattah dalam menaklukkan waktu. Ujung pena yang terasah tajam
mampu melahirkan lebih dari tujuh puluh karangan.
Pena dan kertas senantiasa mendampingi
Syaikh Abdul Fattah, saat berpergian maupun sakit. Beliau telah mengarang dan
menamatkan sebagian kitabnya saat berpergian. Bahkan, ada karangan yang beliau
tulis ketika menjelang dua puluh hari sebelum berpulang ke rahmatullah. Syaikh
Abdul Fattah juga sangat sedikit tidur. Kedua sifat ini menunjukkan betapa beliau
sangat menjaga waktunya.
Secara garis besar, kita dapat melihat
hasil jerih payah dan perjuangan seorang ulama melalui buah tangannya. Kita
dapat membagi perjuangan dakwah bil kitabah Syaikh Abdul Fattah menjadi
dua kategori; karangan beliau dari hasil menyunting (tahqiq) karya-karya
ulama lain dan karangan hasil buah pikir beliau sendiri, diantaranya: Sofahat
Min Sabril Ulama', Mas'alat Khalq al-Qur'an wa Atharuha fi Sufuf al-Riwat wa
al-Muhaddithin, al-Jarh wa al-Ta`dil, al-Ulama' al-`Uzzab al-Ladhina Atharu
al-`Ilm `ala al-Zawaj, dan Qiimatu az-Zaman
‘inda al-Ulama’.
Adapun kitab-kitab yang beliau tahqiq
mencakup beberapa ilmu seperti ilmu Hadist -yang menjadi prioritas perhatian
beliau- disusul Fiqh, Ushul Fiqh, Akidah, Akhlak, Ulumul Quran dan Sastra Arab.
Dari sini kita dapat menyimpulkan keluasan dan kehebatan ilmu beliau.
Lalai
Seiring dengan kemajuan teknologi yang
semakin pesat, segala sesuatu yang melalaikan tumbuh subur di mana-mana bagai
lumut di kelembapan, menghanyutkan kita
dalam kenikmatan dunia yang fana. Waktu yang harusnya digunakan sebaik-baik
mungkin sering kita sia-siakan. Harga waktu yang begitu mahal, dibayar murah dengan
facebook-an, whatsapp-an, BBM-an dan sosial media lainnya. Duduk-duduk bersama
teman penuh canda tawa tak tahu arah kemana adalah pilihan utama di zaman
sekarang dalam menghargai (mengisi) waktu kita.
Semua ini muncul karena ketidakmampuan kita
dalam menyikapi waktu. Seakan kita lupa, karekteristik waktu yang bagaikan
kilat menyambar, cepat tak kasat mata. Dari itu tergeraklah hati Syaikh Abdul
Fattah untuk meneteskan tintanya di atas lembaran-lembaran putih kertas untuk
menyadarkan suatu yang amat penting, yang perlu kita perhatikan sebelum
melakukan segala kegiatan, lebih-lebih dalam menuntut ilmu, yaitu waktu yang
terbatas dan kehidupan di dunia.
Apa sebenarnya waktu itu? Seberapa berharga
ia? Bagaimana menyikapinya? Qiimatuzzaman akan menjawab semua persoalan ini.
Waktu,
Asas Kenikmatan
Sebelum mengupas lebih jauh mengenai waktu,
Syaikh Abdul Fattah memulai bukunya dengan mengingatkan pembaca tentang nikmat
yang Allah ╝ berikan kepada manusia, “Kenikmatan
berlimpah dari Allah yang tak dapat dihitung” (Q.S. Ibrahim : 34), waktu adalah
salah satu nikmat tersebut, yang masuk dalam rincian asas sumber kenikmatan –sebelum
terbagi menjadi furu’- dan merupakan “nikmat yang sering tak dianggap”
(Al-Hadits).
Selanjutnya, Syaikh Abdul Fattah mengutip bermacam-macam
cerita di dalamnya tentang perjuangan ulama’ bagaimana mereka menjaga sedetik saja
kehidupan mereka, seperti Al-Khothib Al-Baghdadiy yang membaca sambil berjalan.
Semakin seseorang tahu betapa berharganya waktu, semakin bertambah pula
kewaspadaannya dalam menjaga waktu tersebut, karena kita semua tahu, sedetik
yang telah lewat tak akan kembali lagi walau kelak hari kiamat.
Membaca dan menulis adalah pilihan tepat
dalam mengisi waktu menurut Syaikh Abdul Fattah, dua hal yang mendominasi buku
ini. Baca-tulis yang merupakan dua hal lazim yang tak dapat dipisahkan dari
proses belajar-mengajar.
Selain baca-tulis, Syaikh Abdul Fattah di
dalam Qimatuzzaman juga menghadirkan kegiatan lainnya yang dapat pembaca
lakukan dalam mengisi (menghargai) waktu. Syaikh Abdul Fattah juga mengingatkan
para pembaca untuk selalu melandasi segala kegiatan yang dilakukan dengan beberapa
hal penting, “jika ingin tak merugi jadilah orang yang beriman, dari itu akan
berbuah amal shalih, plus dua kunci, untuk selalu saling menasehati agar
mendapatkan ridha Ilahi”. (Q.S. Al-Ashr)
Spesial
Kita sering mendapati banyak sekali buku
yang membahas tentang waktu, baik dari segi karekteristiknya, bagaimana
memanajemennya, atau dari segi siapa yang menggunakan waktu tersebut dan
sebagainya. Namun, sulit untuk menemukan buku tentang waktu yang memang
diperuntukan untuk pelajar.
Qiimatuzzaman
adalah solusi yang tepat. Kecil, ringkas, lagi padat, begitulah kira-kira kesan
yang tertangkap di kitab ini. Lima puluh lima adalah jumlah lembaran di
dalamnya. Dengan pembendaharaan kosakata yang sangat beragam, membuat kita tak
bosan saat membelai halaman demi halaman.
Buku ini memberikan argumentasi yang sangat
kuat tentang bagaimana menyikapi waktu dalam perspektif ulama. Karena memang,
hanya “ulama” yang tahu bagaimana menyikapinya dengan baik.
Sangat spesial, terlebih buku ini Syaikh
Abdul Fattah khususkan bagi “Thalibul’ilm dan ahlul’ilm”. Ya,
Thalibul’ilm dan ahlul’ilm yang eksistensinya sebagai pewaris para Nabi r, merekalah yang
seharusnya lebih memperhatikan waktu.
Qiimatuzzaman akan membangunkan kita yang
terlelap dalam kenikmatan dunia yang sekejap ini dengan menyuguhkan
firman-firman Allah ╝, sabda Rasulullah ﷺ, bait-bait syair ulama klasik, sebagai
makanan bergizi tinggi yang akan mensupply semangat kita yang
lemah dan menggugah jiwa-jiwa yang gundah. Sumpah Allah ╝
contoh dari firman-Nya, berapa kali Allah ╝
bersumpah di dalam Al-Qur’an, Demi Waktu(Masa), Demi Subuh, Demi Waktu Pagi,
Demi Waktu Dhuha, Demi Siang, Demi Malam dan lainnya. Ya, bersumpah dengan
nama-nama waktu, tujuannya -tak lain- untuk menyadarkan makhluk yang tak luput
dari dosa dan lupa betapa berharganya waktu sebagai modal kehidupan. Alangkah
baiknya pembaca untuk memiliki buku ini segera, agar anda lebih tahu harga satu
detik sesungguhnya.
COMMENTS