Pendiri ponpes Nurul Haromain K.H. Ihya' Ulumuddin bersama Musyrif ponpes Abuya Assayyid Muhammad bin Alawy AlMaliki Mendengar ...
Pendiri ponpes Nurul Haromain K.H. Ihya' Ulumuddin bersama Musyrif ponpes Abuya Assayyid Muhammad bin Alawy AlMaliki
Mendengar kota Malang, pikiran kita akan
tertuju pada pemandangan yang indah dan bermacam tempat liburan keluarga yang
tersaji di kota ini. Kota Malang lebih dikenal dengan sebutan kota apel. Jiwa petualang
kami terpacu untuk menjejakkan kaki di kota ini, menyusuri beberapa tempat
eksklusif yang disajikan.
Langkah kami terhenti sejenak di salah
satu sudut kota Malang, tepatnya di kecamatan Ngroto Pujon. “Nurul Haromain”. Jelas
terpampang di depan sebuah bangunan yang begitu megah nan indah. Apa itu Nurul
Haromain? Apa yang ada di sana?
SEJARAH BERDIRI
Nurul Haromain
adalah nama salah satu pondok pesantren di Ngroto Pujon Malang, yang berdiri
pada tahun 1987, namun baru ditempati pada tahun 1991. Pada tahun ini pula
dibuka pendaftaran santri sebanyak sebelas orang dengan sembilan santri yang
diterima.
Pondok pesantren
ini dibangun atas permintaan Abuya Maliki yang mendapatkan bisyaroh dari Rasullullah
r untuk membangun sebuah pondok pesantren. Sebelum pesantren didirikan
di Pujon Malang sebagai tempat pilihan terakhir, abuya dan Ustadz Ihya’ telah menelusuri
setiap sudut Kota apel ini, akhirnya terpilihlah Pujon sebagai tempat yang
dirasa tepat untuk dibangun pesantren di sana.
Dengan
bermodalkan tekat dan usaha yang keras, Allah I meridhai berdirinya pondok pesantren ini yang memakan waktu kurang
lebih empat tahun lamanya.
Santri yang
belajar di pondok pesantren Nurul Haromain hanya diberi waktu tiga tahun saja. Meskipun
terbilang singkat, namun santri lulusan dari pesantren ini sudah siap berdakwah
di mana saja mereka di tempatkan. Khususnya di daerah pelosok yang belum tersentuh
oleh ajaran agama Islam.
Santri yang belajar di sini harus
bersyaratkan pernah belajar atau lulusan pesantren lain dan minimal berumur 20
hingga 40 tahun. Karena pesantren ini bisa dikatakan hanya untuk pematangan
dalam berdakwah.
Kisah Perjalanan
Pendiri
KH. M.
Ihya’ Ulumiddin, yang lebih dikenal dengan sebutan Abina oleh kalangan santri
yang belajar kepada beliau, dilahirkan pada 10 Agustus 1952 di
desa Parengan Maduran, Lamongan.
Ustadz Ihya’
adalah salah satu lulusan pertama yang belajar di Makkah, tepatnya pada Abuya
as Sayid Muhammad bin Alawi al Maliki al Hasani (Abuya Maliki), seorang
Muhadits dan Imam Ahlu Sunnah Wal’jamaah
abad ke-21.
Sebelum belajar
ke Makkah, Ustadz Ihya’ sudah belajar kepada beberapa alim ulama, seperti Kyai
Abdul Hadi pengasuh Pondok Pesantren Langitan dan Habib Baharun Bondowoso.
Beliau kemudian meneruskan belajarnya di pondok YAPI. Sesampainya di sana,
beliau justru diminta untuk mengajar karena kecerdasannya.
Perjalanan dalam
mencari ilmu kepada gurunya tak berhenti disitu saja. Akhirnya Ustadz Ihya’
memutuskan untuk pergi ke Universitas Ummul Qurra’ Makkah. Namun di tengah
perjalanan, beliau bertemu dengan Abuya Maliki di Masjidil Haram Makkah.
Dalam pertemuan
itu, Abuya sempat bertanya perihal tujuan kedatangannya. Setelah
berbincang-bincang, Abuya menitipkan surat yang mengantarkan beliau kepada
tujuan awal kepergiannya. Ternyata dengan surat itu, Ustadz Ihya’ merasa
dipermudah untuk diterima di Ummul Qurra’. Lambat laun Ustadz Ihya’ merasa
cocok dengan Abuya Maliki. Kemudian Abuya Maliki memerintahkan beliau untuk beristikhara.
Setelah sholat istikhara,
Ustadz Ihya’ membuka al-Quran dan menemukan ayat yang menyeru untuk mendekati
orang yang selalu dekat dengan Allah I. Tak terhenti di situ, Ustadz Ihya’ mendapatkan mimpi bahwa Jami’ah
Ummul Qurra’ dikelilingi api. Dengan tanda-tanda itulah beliau memutuskan untuk
keluar dari jami’ah itu, yang kemudian diikuti teman-teman beliau.
Setelah menyelesaikan
studinya di Makkah kepada Abuya Maliki, kesibukan beliau sampai sekarang adalah
mengajar di berbagai tempat. Sementara kitab yang diajarkan di pondok beliau
meliputi kitab-kitab hadits seperti, shahih al-Bukhari, Muslim, Sunan Abi Dawud
dan Tirmidzi. Terkadang beliau juga mengajar kitab Mafahim karangan
Abuya Maliki.
Sepulang dari Makkah, beliau terus aktif
menulis. Sudah banyak karangan kitab beliau seperti kitab hadits pilihan (jalaul
afkar), risalah-risalah tentang pembahasan haji, sholat dan banyak karangan
beliau yang sangat berguna bagi umat Islam, terutama bagi khalayak umum.
SEKILAS TENTANG
AKTIVITAS PESANTREN
Pesantren Nurul
Haromain tidak hanya mengajarkan santri ilmu agama saja, namun juga membekali
santri ilmu-ilmu lain. Seperti cara berwirausaha, mengoperasikan barang elektronik
seperti radio, ataupun kegiatan bermanfaat yang lainnya. Hal tersebut bertujuan
agar santri bisa menjadi seorang kyai yang multitalenta.
Setiap hari kamis,
jumat dan sabtu, setiap santri mendapat jadwal bergilir untuk berdakwah di lima
belas titik tertentu dan tiga belas TPQ di sekitar Pujon.
Pondok pesantren
juga mempunyai jadwal kegiatan tahunan yang dilaksanakan dua kali setahun. Yaitu
ABS (Amal Bakti Santri) yang diperuntukkan bagi santri baru sebagai tajribiyah (percobaan santri). Acara ABS
di antaranya seperti; pemotongan qurban massal, khitan massal, training
jenazah, dan training al Qur'an.
ABS ini cukup
menghabiskan banyak biaya, kurang lebih 40 hingga 50 juta. Sasaran dakwah ABS
ini lebih dominan di tempat yang agamanya bercampur atau yang tidak ada masjid
dan pesantren di dalamnya. Acara ABS ini bertujuan agar masyarakat mengenal
Islam lebih dalam terutama di daerah pedalaman. Khususnya yang mayoritas penduduknya
tidak beragama Islam.
Dengan
diselenggarakannya ABS ini, Ustadz Ihya' berharap agar iman masyarakat yang telah
mengenal Islam lebih kuat. Dan bagi yang belum mengetahui Islam supaya mereka
mengerti dan memahami apa itu Islam.
Di antara petuah beliau antara lain:
"Dakwah ojok wedi ora mangan. sapi ae ora dakwah iso mangan" yang berarti, “Dakwah jangan takut tidak
makan. Karena seekor sapi saja bisa makan meski tanpa berdakwah.”
COMMENTS