Alhafidz A bu l ‘ A liyah , salah seorang yang di kategorikan sebagai ulama’ dari kalangan tabi’in memiliki komentar menarik seputa...
Alhafidz Abul ‘Aliyah, salah seorang yang di kategorikan
sebagai ulama’ dari kalangan tabi’in memiliki
komentar menarik seputar Firman Allah ta’ala :
اهدنا الصّراط المستقيم # صراط الذين أنعمت عليهم
Beliau berpendapat bahwasanya yang di
maksud dengan “ allaziina an’amta ‘alaihim” adalah keluarga baginda Rasulullah SAW.
Statemen ini
menjadi sangat logis jika disinkronkan dengan gambaran
yang dipaparkan oleh tokoh sufi yang sekaligus
seorang pakar fiqih
(alfaqih) pada era millenium ini al-Habib Zen
bin Ibrohim bin Smith dalam sebuah karya monumental yang cukup menyita perhatian para ‘ulama terlebih dari kalangan
habaib.
Al-Manhaj as-Saawi ,sebuah kitab
yang merupakan literasi
bermodel syarh yaitu berbentuk elaborasi atau penjelasan dari statmen populer
mengenai 5 pilar thoriqoh ‘alawiyyah yang diproklamirkan
oleh al-Habib Ahmad bin Zen al-Habsyi seorang ulama besar pada abad 11 H dan di kutip oleh
al-Habib Idrus bin Umar al-Habsyi dalam kitabnya ‘Iqdul yawaqit al-jauhariyyah, lima pilar itu
adalah al-‘ilm, al-‘amal, al-wara’, al-khouf dan al-ikhlash.
Sekilas, lima unsur di atas
terkesan sangat sederhana,akan tetapi mengandung makna yang
sangat luas jika dikaji dari berbagai sudut
pandang dengan analisa yang mendetail. Hal
ini yang memberikan inspirasi kepada muallif
untuk menuliskan karyanya diatas lembaran setebal 775 halaman menjabarkan secara luas lika liku hakikat lima poin besar
ini.
Jika
menoleh kepada latar belakang muallif, maka
tidak heran jika setiap karyanya sarat sekali dengan aroma tasawwuf. Beliau
lahir di kota Jakarta pada tahun 1936 M
dan hidup di tengah-tengah keluarga yang
menjunjung tinggi nilai-nilai ittiba’ kepada ajaran datuknya
sehingga pada tahun 1950 M sang ayah mengirimnya ke hadhromaut untuk menimba
ilmu dan adab dari para ulama’ yang ada di sana seperti al-Habib Muhammad bin Salim bin Hafidz dan para pemuka
tarim lainya sehingga tumbuh sebagai seorang faqih juga sufi, dan kini menetap
di madinah munawwaroh bersama keluarganya.
Salah satu
keistimewaan kitab ini ,muallif mengumpulkan argumentasi yang sangat beragam
dalam setiap bab atau sub babnya tanpa sama sekali mendiskreditkan nilai-nilai
keilmiahan karena semua disajikan dalam tampilan yang sistematis, dimulai dari
ayat-ayat alqur’an beserta tafsirnya, ahaaditts annabawiyyah dan atsaarushohaabah
beserta keterangannya, perkataan para Ulama klasik dan tokoh bani ‘alawi sampai
hikayat para salafussoleh serta disempurnakan dengan solusi
problematika yang ada semua diposisikan sesuai dengan pembahasannya .
Berdasarkan
paparan di atas, kitab ini sangat ideal untuk dijadikan rujukan khususnya oleh
para da’i yang berkecimpung di masyarakat. sebab, jika merujuk kepada
kandungannya kitab ini pantas dikategorkan sebagai ensiklopedia atau mausu’ah da’wah yang memuat
beribu fawaid pilihan hasil seleksi dari ratusan refrensi, sehingga
di tengah kesibukannya sang da’i tak perlu lagi menyibukan diri untuk menela’ah kitab-kitab lain yang bahkan
sebagiannya sukar ditemukan di peredaran.
Di
samping itu, lebih dari separuh pembahasan yang ada didominasi oleh poin
pertama yaitu al-‘ilm sehingga sudah sepantasnya al-manhaju ssawi dijadikan pedoman oleh setiap tholib ‘ilm
baik dalam hal niat menuntut Ilmu, tata cara dan norma nya, beretika terhadap
guru, sampai kitab yang harus di pilih. Semuanya sudah dikupas secara lugas
oleh muallif sehingga sang penuntut ilmu tak perlu bingung menyeleksi buku panduan untuknya dalam
mendapatkan ilmu yang bermanfaat Insya Allah. Deskripsi Pilar-Pilar Sufi Bani Alawi
Alhafidz Abul ‘Aliyah, salah seorang yang di kategorikan
sebagai ulama’ dari kalangan tabi’in memiliki
komentar menarik seputar Firman Allah ta’ala :
اهدنا الصّراط المستقيم # صراط الذين أنعمت عليهم
Beliau berpendapat bahwasanya yang di
maksud dengan “ allaziina an’amta ‘alaihim” adalah keluarga baginda Rasulullah SAW.
Statemen ini
menjadi sangat logis jika disinkronkan dengan gambaran
yang dipaparkan oleh tokoh sufi yang sekaligus
seorang pakar fiqih
(alfaqih) pada era millenium ini al-Habib Zen
bin Ibrohim bin Smith dalam sebuah karya monumental yang cukup menyita perhatian para ‘ulama terlebih dari kalangan
habaib.
Al-Manhaj as-Saawi ,sebuah kitab
yang merupakan literasi
bermodel syarh yaitu berbentuk elaborasi atau penjelasan dari statmen populer
mengenai 5 pilar thoriqoh ‘alawiyyah yang diproklamirkan
oleh al-Habib Ahmad bin Zen al-Habsyi seorang ulama besar pada abad 11 H dan di kutip oleh
al-Habib Idrus bin Umar al-Habsyi dalam kitabnya ‘Iqdul yawaqit al-jauhariyyah, lima pilar itu
adalah al-‘ilm, al-‘amal, al-wara’, al-khouf dan al-ikhlash.
Sekilas, lima unsur di atas
terkesan sangat sederhana,akan tetapi mengandung makna yang
sangat luas jika dikaji dari berbagai sudut
pandang dengan analisa yang mendetail. Hal
ini yang memberikan inspirasi kepada muallif
untuk menuliskan karyanya diatas lembaran setebal 775 halaman menjabarkan secara luas lika liku hakikat lima poin besar
ini.
Jika
menoleh kepada latar belakang muallif, maka
tidak heran jika setiap karyanya sarat sekali dengan aroma tasawwuf. Beliau
lahir di kota Jakarta pada tahun 1936 M
dan hidup di tengah-tengah keluarga yang
menjunjung tinggi nilai-nilai ittiba’ kepada ajaran datuknya
sehingga pada tahun 1950 M sang ayah mengirimnya ke hadhromaut untuk menimba
ilmu dan adab dari para ulama’ yang ada di sana seperti al-Habib Muhammad bin Salim bin Hafidz dan para pemuka
tarim lainya sehingga tumbuh sebagai seorang faqih juga sufi, dan kini menetap
di madinah munawwaroh bersama keluarganya.
Salah satu
keistimewaan kitab ini ,muallif mengumpulkan argumentasi yang sangat beragam
dalam setiap bab atau sub babnya tanpa sama sekali mendiskreditkan nilai-nilai
keilmiahan karena semua disajikan dalam tampilan yang sistematis, dimulai dari
ayat-ayat alqur’an beserta tafsirnya, ahaaditts annabawiyyah dan atsaarushohaabah
beserta keterangannya, perkataan para Ulama klasik dan tokoh bani ‘alawi sampai
hikayat para salafussoleh serta disempurnakan dengan solusi
problematika yang ada semua diposisikan sesuai dengan pembahasannya .
Berdasarkan
paparan di atas, kitab ini sangat ideal untuk dijadikan rujukan khususnya oleh
para da’i yang berkecimpung di masyarakat. sebab, jika merujuk kepada
kandungannya kitab ini pantas dikategorkan sebagai ensiklopedia atau mausu’ah da’wah yang memuat
beribu fawaid pilihan hasil seleksi dari ratusan refrensi, sehingga
di tengah kesibukannya sang da’i tak perlu lagi menyibukan diri untuk menela’ah kitab-kitab lain yang bahkan
sebagiannya sukar ditemukan di peredaran.
Di
samping itu, lebih dari separuh pembahasan yang ada didominasi oleh poin
pertama yaitu al-‘ilm sehingga sudah sepantasnya al-manhaju ssawi dijadikan pedoman oleh setiap tholib ‘ilm
baik dalam hal niat menuntut Ilmu, tata cara dan norma nya, beretika terhadap
guru, sampai kitab yang harus di pilih. Semuanya sudah dikupas secara lugas
oleh muallif sehingga sang penuntut ilmu tak perlu bingung menyeleksi buku panduan untuknya dalam
mendapatkan ilmu yang bermanfaat Insya Allah.
COMMENTS