Raudlatul Ulum Gondanglegi Malang Kota pendidikan dan kota santri, begitu kesan yang tertangkap jika kita berkunjung ke kota Malang....
Raudlatul
Ulum Gondanglegi Malang
Kota
pendidikan dan kota santri, begitu kesan yang tertangkap jika kita berkunjung
ke kota Malang. Suasana yang sejuk dan berbagai lembaga pendidikan berkualitas
bisa kita temui hampir di setiap sudut kota apel ini. Mulai dari TK, RA, SD,
MI, SMP, MTS, SMA, SMK, MA, Perguruan Tinggi bahkan sampai Pondok Pesantrenpun
saling berkompetisi memberikan pelayanan terbaik bagi peserta didik guna
mencerdaskan dan meningkatkan SDM di Indonesia. Dari pelbagai lembaga yang ada,
pondok pesantren memiliki peran penting demi tercapainya visi dan misi
pendidikan. Di kabupaten Malang sendiri terdapat 220 Pondok Pesantren yang
sampai sekarang masih aktif dalam kegiatan pembelajaran (Wikipedia). Pondok
Pesantren Raudlatul Ulum Gondanglegi Malang menjadi salah satu dari jumlah
tersebut.
Secara
geografis, Pondok Pesantren Raudlatul Ulum terletak di Jalan Sumber
Ilmu nomor 127 Desa Ganjaran Kecamatan Gondanglegi Kabupaten Malang Jawa Timur.
Desa Ganjaran sendiri sampai sekarang masih dalam suasana sejuk khas pedesaan
yang dikelilingi sawah, kebun tebu, masyarakat yang ramah dan pemandangan desa
santri salaf.
Pondok
Pesantren ini bermula dari pengajian di musholla-musholla wilayah desa Ganjaran.
Pengajian tersebut diprakarsai dan dibimbing oleh salah seorang keturunan dari
pendiri Pondok Pesantren Sidogiri (Syekh Sulaiman Basaiban; Mojoagung) yaitu
KH. Bukhori Ismail. Perpindahan dari satu musholla ke musholla lain disebabkan agresi
pasukan Jepang yang mengancam keselamatan Kiai dan masyarakat muslimin di desa
tersebut.
Kiai
asal Sumenep ini, merupakan salah satu santri Kiai Kholil Bangkalan. Beliau
nyantri dan berkhidmah kepada Kiai Kholil. Pada mulanya, KH. Bukhori berniat
untuk berdakwah ke Jawa Tengah. Namun sebelum boyong dari Bangkalan.
Kiai Kholil berkata “Mon Bukhori lakar tang anak. Engko’ lebih kesokan Buckhori
neng e malang” (Seandainya Buckhori benar-benar putraku, maka aku lebih berkenan
ia berdakwah di Malang). Berawal dari inilah KH. Bukhori Ismail melangkahkan
kakinya menuju Malang.
Secara
resmi, Pondok Pesantren Raudlatul Ulum didirikan oleh menantu sekaligus
keponakan KH. Bukhori Ismail, yang bernama KH. Yahya Syabrawi, pada tahun 1949
M atau bertepatan dengan 1368 H. Pondok Pesantren yang didirikan atas perintah
KH. Bukhori Ismail ini pada mulanya bernama Madrasah “Miftahusyibyan” dan
kemudian berganti nama menjadi Raudlatul Ulum atas istikhoroh KH Khozin Yahya,
putra dari KH Yahya sendiri. Pendirian Pondok Pesantren tidak lepas dari dukungan
dan bantuan ulama lain dan tokoh masyarakat seperti KH As’ad (Pendiri Pondok
Pesantren Miftahul Ulum), KH Qoffal Muhammad dan lainnya.
Pada
permulaan berdirinya Pondok Pesantren Raudlatul Ulum, pelaksanaan kegiatan
pembelajaran dilaksanakan di rumah penduduk dan rumah ibadah setempat. Namun
hal tersbut tidak membuat para pengurus berkecil hati dan tetap gigih
memperjuangkan ilmu Allah, hingga kepala desa Ganjaran saat itu (H Abdurrahman)
mengupayakan tanah wakof untuk lahan gedung madrasah.
Pondok
Pesantren Raudlatul Ulum menampung
santri putra dan putri. Tentu dengan asrama dan ruang pembelajaran yang
berbeda. Pondok ini merupakan pondok pertama yang didirikan di desa Ganjaran. Sampai
saat ini setidaknya ada 14 pondok pesantren di desa tersebut yang masih
keluarga besar Raudlatul Ulum dan sebagian besar kegiatan pendidikan formal
dilaksanakan di pondok pesantren Raudlatul Ulum. Lembaga formal yang berada di
bawah naungan pondok pesantren ini meliputi TK, MI, MTs, MA, SMK dan STAI
Al-Qolam.
Sebagaimana
pondok pesantren salaf lainnya, metode pembelajaran yang diterapkan di pondok
ini mulanya adalah metode Sorogan, metode ini berlangsung
bertahun-tahun. Setelah bertambanhya para santri, metode Bandongan
diterapkan oleh KH. Yahya. Setelah semakin berkembangnya jumlah santri, metode
pembelajaran diganti dengan metode Bahtsul Masail, dengan menitik
beratkan keaktifan santri, sedangkan Kiai hanya berperan sebagai pengarah dan musohhih.
Kurikulum
kitab yang dikaji di pesantren ini masih sangat kental dengan nilai salaf,
karena santri-santi disuguhi kitab-kitab seperti: Tafsir al-jalalain, Mukhtasor al-Ihya,
Tuhfah al-Thullab, Minhajul
at-Tholibin, Alfiyah Ibnu Malik, Ihya’ Ulumuddin, Sirojut Tholibin, Bidayatul Hidayah, Ibnu Aqil,
Bughyatul Mustarsyidin dan kitab klasik lainnya. Namun
keistimewaan pondok pesantren ini dititik beratkan pada hapalan kitab Alfiyah Ibnu Malik.
Pada
liburan bulan Romadhon, para santri yang tidak pulang, tidak menyia-nyiakan
waktu begitu saja. Akan tetapi mereka memanfaatkan momen ini dengan mengikuti
privat kitab yang diajarkan oleh Kiai, yaitu kitab Imrithi dan Alfiyah
Ibnu Malik. Tidak heran jika santri dengan usia dini telah menghapal kitab
tersebut, karena memang hal tersebut sangat diperhatikan dan dibantu dengan Tawassul
kepada guru KH Bukhori Ismail, yaitu Shohibul Alfiyah Indonesia,
Kiai Kholil Bangkalan.
Statistik
terakhir tahun 2011 tercatat santri aktif pondok persantren Raudlatul Ulum
putra dan putri sebanyak 525. Prestasi terakhir santri Raudlatul Ulum adalah
juara lomba membaca kitab Fathu al-Mu’in tingkat nasional pada tahun
2010.
Pondok Pesantren Raudlatul Ulum juga menyediakan dan
menyelenggarakan kegiatan ketrampilan yang berorientasi pada pengembangan
pendidikan, yaitu: latihan pidato, perekonomian, bahtsul masa’il,
seminar/diskusi, latihan organisasi dan manajemen, bahasa Arab, bela diri, olah
raga, dan komputer.
COMMENTS