Di era globalisasi seperti saat ini, s yiar-syiar Islam mulai meredup dan te ng gelam dalam berbagai macam perayaan dan tradisi non Is...
Di era globalisasi seperti saat ini, syiar-syiar Islam mulai meredup dan tenggelam dalam berbagai macam perayaan dan tradisi non Islam dimasyarakat
Indonesia yang notabenenya didominasi oleh generasi muda Islam. Mari kita lihat sekilas perayaan hari Valentine pada 14 Februari atau perayaan tahun baru Masehi yang begitu meriah dan
fantastis. Berbeda dengan perayaan tahun baru Islam yang
seakan dianaktirikan oleh masyarakat kita, keadaan ini senada dengan apa yang
digambarkan Rasulullah Saw 14 abad silam:
عن ابي سعيد الخدري , ان
رسول الله صلى الله وسلم قال : لتتنعن سنن الذي من قبلكم شبرا بشبر و ذراعا بذراع,
حتى لو دخلوا في جحر ضب لا تبعتموا هم " يا رسول الله, اليهود و النصاري ؟
قال " فمن"
Dari Abi Sa’id Al khudri ra berkata : “Rasulullah Saw bersabda : Kalian
semua akan benar-benar mengikuti jalan orang-orang yang ada sebelum kalian
sejengkal demi sejengkal, dan sehasta demi sehasta, hingga seandainya mereka
masuk kedalam lubang biawak niscaya kalian akan mengikuti mereka”, kami berkata ” Wahai Rasulallah, apakah
mereka orang yahudi dan nasrani? “ Beliau menjawab “ siapa lagi”
Tentu hal ini sangat ironis, bisa kita bayangkan kuantitas kaum muslimin
Indonesia yang begitu besar, ternyata masih belum untuk mencapai kualitas secara individual yang
secara totalitas penduduk Indonesia. Hal ini terbukti dengan minimnya pengaruh
kehidupan ummat Islam atas bangsa Indonesia.
Perkembangan modernisasi teknologi masa kini seakan menggilas simbol
keagungan Islam di tanah air secara perlahan. Sebagai contoh perayaan tahun
baru Hijriah di mata kaum muslimin, tak banyak dari mereka yang mengetahui
pengertian, sejarah, atau bahkan hikmah yang tersirat di balik perayan tahun
baru Islam. Oleh karena itu hendaknya perlu kita flashback sejenak untuk
menyusun kembali “puzzle” keilmuan kita.
Secara
epistimologi kata Hijriah diambil dari kata هاجر – يهاجر yang bermakna pindah ke negeri lain atau hijrah. Dasar
penetapan kalender ini adalah peristiwa hijrahnya Rasulullah beserta para
sahabatnya dari Makkah ke Madinah karena
peristiwa-peristiwa tersebut menjadi titik tolak perkembangan Islam ke seluruh
belahan dunia. Kalender ini ditetapkan dimasa pemerintahan khalifah Umar bin
Khattab ra. atas inisiatif al-Imam Ali bin Abi thalib ra. Kemudian apa yang
bisa kita peroleh dari momen tahun baru Islam? Tentu begitu banyak makna dan
hikmah yang dapat kita petik, khususnya bagi generasi muda Islam yang menjadi
power bagi agama. Diantaranya :
1) Kita
harus mampu mewarnai tahun baru Islam ini dengan segudang aktivitas positif.,
baik individual ataupun sosial yang kental dengan citarasa Islam sebagai sarana
dakwah dan upaya mengembangkan syiar-syiar Islam dipenjuru dunia. Sebagai mana
firman Allah s..w.t yang berbunyi :
"Demikianlah (perintah Allah) dan barang siapa yang
menggagungkan syiar-syiar Allah maka sesungguhnya hal itu tumbul dari ketakwaan
hati.”(Qs AlHajj 32)
2) Pemaknaan perayaan tahun baru Hijriah sebagai momen
metamorphasis (berubah menjadi sosok yang lebih baik ) yang kita ambil dari
nilai fisolofis seekor kupu-kupu. Berawal dari sebutir telur yang kemudian
menetas menjadi sosok larva ulat. Seiring putaran waktu ia tumbuh dan
berkembang mejadi hama ulat dewasa, ia terus menggerogoti dedaunan yang ada di
sekitarnya, menghancurkan harapan petani, sayur dan buah-buahan. Tak cukup di
situ, tatkala dia bosan memakan selembar daun, ia mulai beranjak dan menggapai
lembaran daun lainnya. Rasa tamak terus membuatnya menjadi mesin perusak
tanaman yang efektif. Semakin lama semakin membesar tubuhnya. Begitupula rasa
benci manusia kepadanya, sampai tiba saat Allah Swt memberikan ilham kepadanya
untuk berkholwat dalam rajutan bunga yang membalut tubuhnya sampai waktu yang
telah ditentukan, ia pun keluar dari kepompongnya dengan bentuk makhluk baru
yang berbeda dengan sebelumnya. Dari makhluk yang buruk rupa menjadi makhluk
yang indah, dari sosok yang dibenci menjadi sosok yang dinanti, dari hama
menjadi makhluk yang penuh faedah bagi sekitarnya, dari sifat tamak akan
segalanya menjadi sifat qonaah. Terlepas dari itu sebagai makhluk yang berakal,
kita harus menambil ibroh dari fenomena alamiah tersebut sebagaimana terukir
dalam Al-Quran
“Maka ambillah (kejadian itu) untuk menjadi pelajaran,
wahai orang-orang yang memiliki pandangan.” ( Qs AlHasyr 2)
Bisa kita
bayangkan, ulat yang tak berakal mampu untuk berubah mejadi lebih baik
apalagi manusia yang berakal mulia. Seyogyanya bagi kita ditahun yang baru ini untuk mempunyai spirit baru, spirit
baru untuk bertaqwa dan beramal sholeh, dengan jiwa pengorbanan yang baru untuk
membangun relasi yang harmonis dengan Allah Swt.
3)
Sebagai upaya evaluasi diri/محاسبة النفس.
Yakni
mengevaluasi kinerja kita sebagai عبداللهdi tahun yang lalu, mampu berubah sesuatu yang buruk
di masa lalu menjadi motivasi baru untuk melangkah lebih maju ketaqwaan Allah
Swt. Mampu mengubah kesalahan menjadi batu loncatan untuk perbaikan dimasa
depan. Sebagai mana sabda nabi Saw :
حاسبوا أنفسكم قبل ان تحاسبوا
“Hisablah (intropeksi) diri kalian
sebelum kalian di hisab kelak. “
Perlu hadirnya visi yang baru di tahun
yang baru. Karena kita tanpa visi hidup akan membawa kita dalam kehancuran
yakni hidup tanpa arah dan tujuan, sebagai mana perkataan King Solomon yang berbunyi ” Where there is no vision the people pensh/die ”. Satu yang tak kalah penting
adalah “ look beyond what a person is today and seen what might happen tomorrow”. Jangan melihat
seseorang hari ini tapi lihatlah apa yang akan terjadi
esok hari “: tak perlu larut dalam penyesalan yang mendalam tanpa ada rasa
sadar yang terpenting kita untuk “Take achon” dan optimis bahwa rahmat
Allah Swt jauh lebih luas
dari pada azabNya :
“Katakanlah
Wahai hamba-hambaku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri janganlah
kamu berputus asa dari rahmat Allah . Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa
semuanya . Sungguh Dialah yang maha pengampun dan maha penyayang.” (Qs AzZumar)
COMMENTS