عَنْ فُضَيْلِ بْنِ مَرْزُوقٍ ، عَنْ عَطِيَّةَ ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّه...
عَنْ فُضَيْلِ بْنِ مَرْزُوقٍ ، عَنْ عَطِيَّةَ ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : " إِنَّ أَحَبَّ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ، وَأَدْنَاهُمْ مِنْهُ مَجْلِسًا إِمَامٌ عَادِلٌ ، وَأَبْغَضَ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ ، وَأَبْعَدَهُمْ مِنْهُ مَجْلِسًا إِمَامٌ جَائِرٌ."(رواه الترميذي)
“Dari Fudhail bin Marzuq,
dari ‘Athiyyah, dari sahabat Abu
Sa'id berkata, Rasulullah
shallallahu’alaihi wasallam bersabda: ‘Sesungguhnya orang yang paling
dicintai Allah I pada hari
kiamat dan paling dekat tempat duduk dengan-Nya adalah pemimpin yang adil, dan sesungguhnya orang
yang paling dimurkai Allah Swt. dan paling jauh tempat duduknya adalah pemimpin
yang menyimpang(dari kebenaran).”(H.R.at-Turmudzi)
Hadits di atas dihukumi dha’if karena salah satu
perawinya lemah yaitu ‘Athiyyah. Tetapi
memiliki syahid[1] yang dicatat oleh al-Bushiri
dalam kitab Ithaaf al-Khiirah (3576) dan Abu Na’im al-Ashbahaani dalam kitab
Akhbar Ashbahan (1728).
Hadits yang serupa diriwayatkan oleh Abu Na’im al-Ashbahaani menyatakan: “Dari
‘Abdurrahman bin Talhah bin Muhammad, dari Abu Usaid Ahmad bin Muhammad, dari al-Hasan
bin ‘Ali bin ‘Affan Fudhail bin Marzuq, dari ‘Adiy bin Tsabit, dari sahabat
Barra’ bin ‘Aazib berkata, Rasulullah r bersabda: “Sungguh,
dari jeleknya manusia di sisi Allah I dan paling jauh tempat
duduknya adalah pemimpin yang menyimpang(dari kebenaran) dan sungguh, orang
yang paling dicintai Allah I pada hari kiamat dan
paling dekat tempat duduk dengan-Nya adalah pemimpin yang adil.” juga dihukumi
sebagai hadits dha’if. Dengan adanya hadits ini, hadits riwayat at-Turmudzi naik derajatnya
menjadi hadits hasan.
Profil
singkat para perawi hadits
Abu Abdirrahman Fudhail bin Marzuq shaduuq, bertempat tinggal di
Kuffah, meriwayatkan dari Sulaiman al-A’masy, Muhammad bin Sa’id, Harun
bin ‘Antarah dan lainya, mengambil riwayat darinya Hasan bin ‘Athiyyah, Husein
bin ‘Ali al-Ju’fi dan lainnya. Wafat pada tahun 160 H.
Abul hasan ‘Athiyyah bin Sa’ad al-‘Aufi dha’if, bertempat tinggal di
Kuffah, meriwayatkan dari Zaid bin Arqam, ‘Abdullah bin ‘Abbas dan
lainnya, mengambil riwayat darinya Idriis bin Yazid, Hajjaj bin Arthah dan
lainnya. Wafat pada tahun 111 H.
Abu Sa’iid Sa’ad bin Malik al-Khudri atau Sa’ad bin Malik sin Sinan bin
‘Ubaid al-Anshari adalah salah seorang sahabat yang telah mengikuti Rasulullah r.dalam dua belas peperangan. Wafat pada tahun 93 H di usia 74 tahun di kota
Madinah.
Penjelasan Hadits
Kesejahteraan rakyat bergantung kepada pemimpin mereka.
Apabila pemimpinnya baik maka baik pula rakyatnya. Namun, apabila pemimpinnya buruk maka buruk pula
rakyatnya, sebagaimana ketergantungan anggota tubuh seseorang kepada baik dan
buruk hatinya.
Adil merupakan salah satu sifat yang harus dimiliki
oleh setiap pemimpin. Adil bukan hanya berarti
samarata, tetapi adil adalah memberikan hak kepada yang berhak menerimanya tanpa melebihi maupun mengurangi, baik itu
berbagi dengan teman atau lawan, kerabat atau orang lain.
Imam adalah seseorang yang
diberi kepercayaan, baik itu sebagai ketua
ataupun selainnya. Sedangkan ‘adl merupakan lawankata jaur yang
berarti menyimpang. al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalany menuturkan bahwasannya kata
imaamun ‘aadilun mencakup setiap orang mengikuti perintah Allah I dengan meletakan
sesuatu pada tempatnya tanpa over maupun sembrono.
Para pemimpin yang adil memiliki banyak keistimewaan. Salah satu
dari keistimewaan tersebut adalah dekatnya tempat duduk mereka di sisi Allah I . Sehingga tak ada lagi keistimewaan yang
melebihi kecintaan Allah Y sebagai Al-Khalik kepada hamba-Nya.
Pemimpin yang adil juga
termasuk dalam golongan orang-orang yang dinaungi Allah I saat mendekatnya matahari kepada manusia di padang mahsyar. Rasulullah r bersabda:
سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللَّهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ : الْإِمَامُ الْعَادِلُ(رواه البخاري)
“Ada tujuh golongan yang
dinaungi Allah di bawah naungan-Nya, hari dimana tidak ada naungan selain
naungan-Nya: pemimpin yang adil.”(H.R. Bukhari)
Al-Hafizh
Ibnu Hajar al-‘Asqalany memaparkan alasan mengapa penyebutan
pemimpin yang adil didahulukan
dalam redaksi hadits tersebut, tak lain adalah untuk menunjukan betapa besarnya pengaruh seorang pemimpin terhadap apa yang diurusnya.
Tidak hanya di hari
kiamat, seorang pemimpin yang adil telah diberi keistimewaan semenjak hidup di
dunia dengan dikabulkannya doa mereka, Rasulullah r bersabda:
ثَلاثٌ لا يُرَدُّ لَهُمْ دَعْوَةٌ : الصَّائِمُ حَتَّى يُفْطِرَ ، وَإِمَامٌ عَادِلٌ ، وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ(رواه إسحاق بن راهويه)
“Ada tiga golongan yang doa mereka tidak ditolak: orang berpuasa sampai ia berbuka, pemimpin yang adil, doanya orang yang
dizhalimi.”(H.R.Ishaq)
Telah jelas
kiranya, mengapa pemimpin adil mendapat beragam keistimewaan tersebut. Bagaimana
tidak, mereka adalah orang-orang yang dipilih Allah I untuk
mengemban amanah yang sangat berat yaitu menjadi wakil Allah U dalam mengurusi manusia di bumi.
Allah mewakilkan harta serta darah manusia di keduatangan pemimpin seraya
berkata: “Berikan dan bagikanlah dengan adil dan jangan
meyimpang”, lalu ia memberi, membagi, serta menghukumi dengan
adil.
Salah
seorang tabi’ tabi’in yaitu Sayyidina Umar bin Abdul ‘aziz y yang juga termasuk imam umat Islam
pada saat itu, telah mempraktekkan sikap amanah ini. Dikisahkan saat putri
beliau kehilangan antingnya dan meminta ganti kepada Sayyidina Umar dari harta
muslimin, seketika itu juga Sayyidina Umar y memberikan bara api kepadanya dan
berkata: “Andai saja engkau bisa meletakkan ini di telingamu maka aku akan
memberikanmu anting yang baru”, maka menangislah putri Sayyidina Umar dan mengurungkan
permintaannya. Dari cuplikan kisah itu, kita bisa mengetahui bahwasannya pemimpin
adil merupakan jabatan yang tinggi dan hanya sedikit orang yang mampu
melaksanakannya dan inilah yang dimaksud syariat dengan pemimpin yang adil.
Begitu
pula dengan hakim yang adil, mereka mendapat kabar gembira berupa surga. Sebagaimana
redaksi dari Rasulullah r:
وَقَاضٍ قَضَى بِالْحَقِّ فَذَلِكَ فِي الْجَنَّةِ (رواه الترمذي)
“Dan seorang hakim yang telah
membuat keputusan dengan benar, maka hakim ini di surga.”(H.R.Turmudhi)
Bukan
hanya pemimpin atau hakim yang berlaku adil yang mendapat keistimewaan, tetapi
bagi setiap orang yang berlaku adil juga mendapat keistimewaan. Sebagaimana
yang disampaikan Rasulullah r:
إِنَّ الْمُقْسِطِينَ عِنْدَ اللَّهِ عَلَى مَنَابِرَ مِنْ نُورٍ عَنْ يَمِينِ الرَّحْمَنِ عَزَّ وَجَلَّ الَّذِينَ يَعْدِلُونَ فِي حُكْمِهِمْ وَأَهْلِيهِمْ وَمَا وَلُوا (رواه مسلم)
“Sesungguhnya orang-orang yang berlaku adil berada di sisi Allah Swt. Di atas mimbar-mimbar yang
terbuat dari cahaya, di sebelah kanan Ar-Rahman 'azza wajalla, yaitu orang-orang yang berlaku adil dalam hukum,
adil dalam keluarga dan adil dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepada
mereka.”(H.R. Muslim)
Mereka juga memperoleh keselamatan
hidup di dunia dan akhirat. Rasulullah r bersabda:
ثَلاَثٌ مُنْجِيَاتٌ: خَشْيةُ الله فِى السِّرِّ وَالْعَلاَنِيَةِ، وَالْعَدْلُ فِى الرِّضَى وَالْغَضَبِ، وَالْقَصْدُ فِى الْفَقْرِ وَالْغِنَى(رواه الطبراني)
“Ada tiga perkara yang dapat menyelamatkan:
takut kepada Allah, baik pada waktu sembunyi (sepi) maupun terang-terangan,
berlaku adil baik pada waktu rela maupun marah dan hidup sederhana baik waktu
miskin maupun kaya.” (H.R.Thabrani)
Tapi sebaliknya, bagi pemimpin yang
tidak berlaku adil, mereka merupakan orang yang paling dibenci Allah U (sebagaimana
hadits yang telah disebutkan di awal pembahasan) dan mereka disiksa dengan
siksaan yang paling untuk para penghuni neraka. Rasulullah r bersabda:
“Sesungguhnya
paling beratnya siksaan bagi penghuni neraka adalah pemimpin yang
menyimpang(dari kebenaran).”(H.R.Thabrani)
Semoga Allah I memberi
kita pertolongan agar terhindar dari semua sifat jahat dan memasukkan kita dalam golongan
orang-orang yang berlaku adil, golongan orang-orang yang paling dekat dan
paling dicintai Allah I. Muhammad Syamsur Rijal
COMMENTS