Indonesia dengan kekayaan kebudayaan dan sumber daya alamnya memiliki perjalanan perkembangan yang tidak mudah, proses dan perjuangan m...
Indonesia
dengan kekayaan kebudayaan dan sumber daya alamnya memiliki perjalanan
perkembangan yang tidak mudah, proses dan perjuangan membutuhkan support dari
pelbagai oknum. Tanah Air sudah merdeka, namun noda penjajahan masih membekas
di wajah bumi pertiwi.
Jika beberapa
tahun silam Belanda, Jepang dan Portugis menjajah Indonesia dengan terang-terangan,
kini bangsa dijajah oleh negara asing dengan sangat halus. Para pejuang, masyarakat
dan ulama yang dulunya nyata memerangi musuh dengan bambu runcing, kini semua
elemen bingung harus memerangi dengan apa dan memerangi siapa, karena pada
dasarnya penjajahan yang kita alami saat ini benar-benar abstrak.
Pendidikan,
kebudayaan, politik dan ekonomi di Indonesia sudah tidak seimbang, kekacauan
terjadi di semua aspek kenegaraan. Akhir-akhir ini sudah bisa dinetralisir
meski tidak semudah membalikkan telapak tangan. Indonesia membutuhkan pemimpin
kuat, hebat dan cerdas.
Pemilihan Umum
sebagai sarana pesta demokrasi memilih pemimpin perwakilan rakyat seharusnya
bisa menjadi ajang yang berperan penting dalam membangkitkan Indonesia.
Ironisnya, pemilu di Indonesia terlalu rumit, terbukti pada tahun 2004
Indonesia melaksanakan pemilu paling rumit dalam rancah sejarah Indonesia, Komisi
Pemilihan Umum makin menyederhanakan sistem pemilu yang akan datang merupakan
sebuah sikap cerdas.
Belakangan ini,
masyarakat mungkin sudah jenuh dengan sistem pemilu atau karena krisis
kepercayaan sehingga berdampak dengan meningkatnya jumlah penduduk yang golput
dan tidak berpartisipasi dalam pemilu. Pada pemilu 2009 sendiri jumlah golput
sebesar 29,0059%. Pengamat politik dari Universitas Indonesia, Andrinof
Chaniago, memprediksi, jumlah masyarakat yang nantinya tidak akan menggunakan
hak pilihnya dalam pemilu 2014 akan naik. Jika dengan berbagai alasan
masyarakat memilih golput, siapa yang patut disalahkan?
Selain fenomena
minimnya masyarakat yang antusias perhatian dengan pemilu, banyak lagi
permasalahan yang mewarnai pemilu di Indonesia, mulai dari kecurang beserta
gosipnya sampai terjadinya terror di mana-mana. Menjelang pemilu 2009 tercatat imparsial
sepanjang tahun 2008 konflik tidak hanya terjadi pada daerah rawan konflik
seperti Ambon, Poso dan Aceh. Selain itu ada 54 tindak kekerasan di lampung,
125 jawa barat, 66 di Sumut dan 42 tindak kekerasan di Kalimantan Timur yang
semuanya kasus ini disebabkan oleh otonomi khusus yang terjadi pada Pilkada.
Indonesia harus
bercermin dengan sejarah, semua elemen yang ada harus lebih cermat menghadapi
pesta demokrasi yang akan kita hadapi tahun 2014 ini. Jangan sampai terjadi
kembali peristiwa ledakan bom 2009 silam, dua bom berukuran 30 kg meledak di
Hotel JW.Marriot dan Ritz Carlton ketika penghitungan suara dilaksanakan.
Untungnya satu bom aktif lagi berhasil dijinakkan oleh tim Densus 88 di kamar
1808. Dampaknya pemerinta terlalu gegabah dalam menyikapi situasi seperti ini
sehingga sempat menyebabkan proses pemilu presiden tidak stabil.
Fakta unik,
berdasarkan analisis dan penelitian Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Adjie
Alfarabi, Oktober 2005 BBM naik, namun mengapa penurunan harga BBM hanya
terjadi ketika menjelang pemilu 2009? Tidak tanggung-tanggung, harga BBM
diturunkan dua kali yaitu pada Desember 2008 dan Januari 2009.
Penurunan BBM
ini satu paket dengan program BLT yang kini berubah nama dengan BLSM dan dengan
kemasan lain berbentuk Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Beras Untuk
Rakyat Miskin (Raskin) dan Jaminan Persalinan (Jampersal). Benar, beberapa
program memang menunjang kesejahteraan masyarakat, meski hal tersebut masih
menyisakan beberapa masalah di lapangan. Kali ini kenaikan BBM dan BLSM menurut
para pakar politik masih dalam ruang lingkup desain politik.
Warna-warni
Indonesia menjelang pemilu 2014 kali ini harus benar-benar diteliti, sudah
seharusnya pakar politik mengkaji grilia politik di Indoneseia serta bertindak
secara cermat menanggapi gerakan politik yang tidak sehat. KPK harus lebih
aktif lagi menyelesaikan dan mengamati kasus-kasus penting yang merugikan
Negara. Aparat bersinergi kembali mensterilkan Indonesia dari berbagai macam
ancaman sehingga pemilu 2014 dapat berlangsung sukses. KPU yang notabenenya
sebagai penyelenggara pemilu harus lebih berhati-hati lagi dalam
menyelenggarakan pemilu 2014 ini, semua instansi dan golongan harus
berbondong-bondong mencermati,
Masyarakat
seharusnya diberi arahan dan pentingnya pemilu 2014 yang akan datang, karena
pemilulah yang menentukan pemimpin Indonesia, baik legislatif maupun presiden,
masadepan Indonesia berada di tangan pemimpin yang dipilih oleh rakyat, artinya
masadepan Indonesia berada di tangan masyarakat.
Pemimpin yang
dibutuhkan Indonesia ialah yang mampu menetralkan politik di negri ini,
berangkat dari penetralan politik, segala aspek kepemerintahan, perekonomian,
pendidikan, sosial, budaya dan sebagainya dapat dikondisikan kemudian
diperbaiki demi kemajuan Indonesia dan
kesejahteraan masyarakat, meski tidak semudah itu, semoga pemimpin yang terpilih mampu
menghadapi semua itu.
Sudah terlalu
banyak PR bagi bangsa kita, mulai dari kemiskinan, pendidikan, korupsi, money
politik, keamanan, kesehatan, sosial dan sebagainya. Sebagai warga Negara yang
baik, mari kita bangun Negara tercinta ini dengan berbagai cara yang kita
mampu, setidaknya ikut serta datang ke TPS untuk menyalurkan kata hati tentu
dengan memilih pemimpin secara selektif dan rasional.
COMMENTS