Ini adalah sebuah lembaran kisah seorang wanita, wanita tangguh yang mampu melepaskan sisi lain sebagai simbol keindahan dan kelembutan...
Ini adalah sebuah lembaran kisah seorang wanita,
wanita tangguh yang mampu melepaskan sisi lain sebagai simbol keindahan dan
kelembutan. Dorongan kuat untuk menyelamatkan saudaranya, membuatnya harus
bergelit dalam lautan darah.
Kisah ini berawal saat hamparan debu serta percikan darah membasahi medan
peperangan, pertarungan antara prajurit membuat mata tak berkedip. Kekuatan dan
kecerdikan serta ketangkasan dalam pertarungan lah yang bisa membuat lawan
takluk, tiada kemenangan tanpa adanya seorang petarung yang handal dalam
mengayuhkan pedangnya.
Di sudut
pertempuran yang sedang berkecambuk terlihat seorang prajurit yang gagah nan
berani, prajurit yang tak mengenal rasa takut ketika menghadapi lawannya.
Prajurit yang handal dan cermat dalam pertempuran sehingga ia mampu mengalahkan
musuh-musuh yang berada di hadapannya. Ia bak angin yang berhembus kencang
menghantam apapun yang ada di hadapannya, dengan mengenakan pakaian yang hitam
dan serban hijau serta berada di posisi terdepan membuat para prajurit yang
lain terkagum-kagum dan heran.
Siapakah
dia? Jiwa pejuang apa yang dimilikinya? Semua mata tertuju pada prajurit
tersebut dan bertanya-tanya. Mereka pun belum pernah melihat penunggang
kuda itu berada di barisan prajurit
terdepan, dengan tangkasnya ia mampu membuat pasukan musuh mundur dan takluk.
--#--
--#--
Semua
itu bermula ketika Khaulah bin al Azwar bersama saudaranya Dhirar bin al Azwar
keluar untuk menyertai para pasukan kaum muslimin di bawah pimpinan panglima
Khalid bin Walid, dan dalam sebuah pertempuran melawan pasukan Romawi,
terdengar bahwa Dhirar bin al Azwar saudara Khaulah itu tertangkap dan ditawan
oleh pasukan musuh. Mendengar kabar tersebut berguncanglah tanah yang ia pijak,
dan seakan-akan bumi pun menjadi gelap gulita di kedua matanya sehingga menggugah
dirinya untuk pergi ke medan pertempuran menyelamatakan saudaranya.
Ketika
sang panglima Khalid bin Walid melihat medan pertempuran, ia sendiri pun
menyadari akan sebuah kejanggalan yang dimiliki oleh penunggang kuda tersebut,
selama ini ia belum pernah melihat penunggang kuda bertarung seperti itu,
prajurit yang terlihat asing baginya. Seorang prajuritnya yang mengenakan
pakaian tertetup sekujur tubuh, hanya kedua matanya yang terlihat jelas.
Para
pasukan kaum muslimin pun bertanya-tanya akan misteri jati diri/sosok sang penunggang
kuda itu. Rafi’ bin Umairoh pun menjawab “itu adalah Khalid bin Walid” sambil
meyakinkan jawabannya, tetapi ia tak tampak seperti Khalid bin Walid dalam
hatinya berkata. Sebagian mereka pun mengira dan yakin bahwa ia adalah Khalid
bin Walid “Sang Pedang Allah”, karena dari cara bertempur sama seperti Khalid
bin Walid yang gagah nan berani pula.
Khalid
bin Walid pun berkata, “demi Allah, aku lebih terkejut dari pada kalian”. Ketika
dirinya ia melihat medan pertempuran tampak sebuah kemenagan baginya, seketika
Khalid bin walid pun berteriak, “wahai kaum muslimin, satukan semua bala
tentara dan bantulah penunggang kuda yang mempertahankan agama allah.”
Bergeraklah seluruh pasukan bersama panglima Khalid bin walid ke dalam
pertempuran dan berkahir dengan sebuah kemenangan.
Pertempuran
sengit pun telah usai tapi rasa penasaran Khalid bin Walid terhadap penunggang
kuda tersebut belum terpecahkan. Ia pun mendekatinya dan bertanya ”engaku yang selama
ini membuat kami
penasaran dan heran, aku ingin engkau membuka kain yang menutupi wajahmu dan beitahulah
kepada kami siapa kamu sebenarnya !.” Namun Khaulah diam tanpa menjawab
pertanyaan tersebut, sehingga Khalid pun naik darah terlihat dari tatapan
amarah.
Melihat
hal itu Khaulah pun menjawab, “bukannaya aku enggan untuk menjawab pertanyaanmu
akan tetapi aku malu padamu wahai panglima, maafkan atas diamnya diriku
terhadapmu.”
Lalu Khalid pun bertanya, “jika seperti itu, siapa
dirimu sebenarnya?”
Khaulah pun menjawab, “aku adalah Khaulan binti Al
Azwar. Sebenarnya aku bersama para wanita yang lain, kemudian aku mendengar
berita bahwasanya saudaraku Dhirar tertangkap. Aku pun berangkat ke medan
pertempuran seperti yang engkau lihat saat ini dan berharap dapat menemukan
saudaraku kembali yang ku cintai.”
Mendegar hal itu Khalid bin Walid pun kagum terhadap
sikap dan sifat Khaulah bin Azwar, kemudian Khalid pun memerintahkan semua pasukannya
untuk kembali menyerang pasukan Romawi di bawah pimpinan Rofi’ bin Umairoh demi
menyelamatkan saudara Khaulah.
Dan seterusnya Khaulah pun ikut serta dalam setiap
pertempuran dalam menaklukan kerajaan berikutnya dan hal itu atas restu dan
izin dari panglima Khalid bin Walid. Ia pun terus menjadi pejuang Islam yang
gagag berani bersama pasukan muslimin lainnya.
COMMENTS