قَالَ ابْنُ أَبِيْ حَاتِمٍ فِي تَفْسِيْرِهِ : عَنْ عَبْدِ اللِه بن عَمْرٍو بن العَاصِ قَالَ : “ مَا كَانَ مُنْذُ كَاَنت...
قَالَ ابْنُ أَبِيْ حَاتِمٍ فِي تَفْسِيْرِهِ : عَنْ عَبْدِ اللِه بن عَمْرٍو بن العَاصِ قَالَ : “مَا كَانَ مُنْذُ كَاَنتِ الدُّنْيَا رَأْسَ مِائَةِ سَنَةٍ إِلَا كَانَ عِنْدَ رَأْسِ
المِائَةِ أَمْرٌ”
Ibnu Abi Hatim berkata
dalam tafsir beliau: Diriwayatkan dari Abdullah bin Amr bin al Ash, bahwasanya
beliau berkata: “Sejak dunia tercipta, di setiap penghujung satu abad akan
terjadi sebuah peristiwa.”
Maqolah yang diriwayatkan oleh
al Imam al Suyuthi dalam kitab beliau Tarikhul Khulafa’ di atas
menjelaskan bahwa di setiap penghujung 100 tahun, Allah I akan menguji kaum muslimin dengan fitnah yang menguji
keimanan mereka. Tidak lupa pula, Imam al Suyuthi juga menjelaskan runtutan kejadian–kejadian
yang sempat menggemparkan umat muslim sejak abad pertama Hijriah sampai dengan
abad kedelapan Hijriah. Berikut perinciannya:
1. Fitnah atau peristiwa yang
mengguncang dunia Islam pada abad pertama Hijriah adalah perang antara al Hajjaj
bin Yusuf al Tsaqofi, pembunuh sahabat Abdullah bin zubair. Imam al-Dzahabi
menerangkan tentang al Hajjaj bin Yusuf al Tsaqafi:
“Al Hajjaj, Allah memusnahkannya di bulan
Ramadhan tahun 95 Hijriah dalam keadaan tua dan dia adalah seorang yang dhalim,
bengis, naashibi (pembenci ahlul bait), keji, suka menumpahkan darah,
memiliki keberanian, kelancangan, tipu daya, kelicikan, kefasihan, ahli bahasa,
dan kecintaan terhadap al Quran. Aku (Imam al Dzahabi) telah menulis tentang
sejarah kehidupannya yang buruk dalam kitabku al Tarikh al Kabir, mengenai pengepungannya terhadap Ibnu Zubair dan Ka’bah, serta perbuatannya
melempar Ka’bah dengan manjaniq (alat pelontar batu), penghinaannya
terhadap penduduk al Haramain (Makkah dan Madinah), penguasaannya terhadap Irak
dan wilayah timur, semuanya selama 20 tahun. Juga peperangannya dengan Ibnu
Asy’ats, sikapnya melambat-lambatkan menunaikan sholat, sehingga Allah
mematikannya, maka kami mencelanya dan kami tidak mencintainya. Sebaliknya,
kami membencinya karena Allah.” (dikutip dari kitab Siaru a’lam al Nubala’
karya Imam al Dzahabi)
2. Fitnah yang terjadi
di penguhujung abad kedua Hijriah adalah fitnah bahwa al Quran yang semula
diyakini sebagai kalamullah yang bersifat qodim, tiba-tiba
berubah di masa pemerintahan khalifah al Ma’mun bin Harun al Rosyid. Beliau
menetapkan bahwa madzhab resmi negara adalah mu’tazilah. Otomatis, pada masa
itu pemerintah menegaskan kepada masyarakat bahwa al Quran adalah makhluk Allah
yang bersifat hadist (baru).
Beliau juga
menjelaskan bahwa fitnah ini merupakan salah satu fitnah terbesar. Tragedi ini
merupakan kejadian pertama dimana pemerintahan Islam menyerukan sebuah bid’ah
kepada muslimin sementara khalifah-khalifah sebelumnya tidak pernah menyerukannya.
Salah satu ulama yang menjadi korban
fitnah ini adalah Imam Ahmad bin Hanbal, pencetus madzhab Hambali. Beliau
sempat didatangi oleh utusan pemerintah yang bertanya mengenai pendapat beliau tentang al Quran. Hebatnya,
beliau berani menjawab bahwa al Quran itu kalamullah yang bersifat qodim.
Sehingga pemerintah menjebloskan beliau ke penjara. Akhirnya aliran mu’tazilah dicopot sebagai
madzhab resmi negara pada masa al Mutawakkil pada tahun 487 H.
3. Kejadian dahsyat yang terjadi
pada abad ketiga adalah pemberontakan yang dipimpin oleh Yahya al Qurmuthi. Ia
terus berusaha merebut mahkota kesultanan sampai akhirnya terbunuh pada tahun
390 H.
Pada abad ini, juga terjadi pemenggalan
sejumlah qhodi dan sekelompok ulama. Padahal sejarah tidak pernah
menyebutkan adanya pemenggalan ulama yang terjadi sebelum masa itu.
4. Fitnah besar yang terjadi pada masa
pemerintahan al Hakim Biamrillah yang bertepatan pada akhir abad keempat Hijriah.
Pada masa pemerintahannya, pemerintah membunuh banyak ulama muslimin. Pemerintah
juga memerintahkan rakyat Mesir dan Haromain untuk berdiri, lantas sujud
bersimpuh ketika nama al Hakim disebut. Perintah ini berlaku di pasar–pasar dan
tempat berkumpulnya banyak orang.
5. Di tahun
1099 M atau bertepatan dengan 492 H (Imam Suyuti menyebutkan bahwa kejadian ini
terjadi pada abad kelima Hijriah), datang serangan suku Frank dari Eropa yang
membawa 40.000 tentara untuk menguasai Jerussalem. Akhirnya, Jerussalem takluk
dan berdirilah kerajaan Latin di Jerussalem. Perang ini disebut Perang Salib I.
Palestina dikuasai oleh suku Frank yang beragama Kristen. Pada Perang Salib II
yang berlangsung pada tahun pada 1147-1187 M, Palestina kembali berada di
tangan Islam pasca penaklukan pasukan muslim di bawah komando Salahudin al
Ayyubi.
6. Pada abad keenam Hijriah terjadi kenaikan
harga pangan yang menyebabkan kelaparan yang sangat parah. Bahkan merupakan
yang terparah semenjak kelaparan pada zaman Nabi Yusuf As.
Konon, kondisi yang begitu parah pada zaman
itu, tak menyisakan pilihan bagi rakyat kecuali untuk menggali kuburan dan
mengambil jenazah di dalamnya untuk dimakan. Bahkan para orang tua terpaksa
menjual anak-anak mereka dengan harga yang sangat miring untuk mengatasi
kelaparan mereka.
7. Pada abad ketujuh Hijriah, terjadi penyerangan
bangsa Tartar yang menyebabkan hancurnya Baghdad dan berakhirnya kekuasaan Bani
Abbasiyah. Bahkan bangsa Tartar tega memenggal banyak kepala ulama dan umaro’
muslimin.
Perang penghancuran Baghdad berlangsung selama
40 hari. Dan telah memakan korban lebih dari satu juta jiwa. Tiada satu orang pun
yang berhasil selamat kecuali mereka yang bersembunyi di gelapnya dasar sumur
(beruntung tak ditemukan). Bahkan sang khalifah pun tak luput dari pembunuhan
mereka.
8. Pada abad kedelapan terjadi penyerangan
Asia oleh Tamerlane atau Timur Lenk yang berarti Si Pincang dari Timur
merupakan keturunan Mongol yang
sudah masuk Islam. Sang penakluk ini lahir di dekat
Kesh (sekarang Khakhrisyabz "kota hijau", Uzbekistan), sebelah
selatan Samarkand di Transoxiana, pada tanggal 8 April 1336 M/25 Sya'ban 736 H.
Kemudian ia meninggal di Otrar pada tahun 1404 M.
Kekejaman Timur Lenk dapat dilihat
melalui pembantaiannya atas 70.000 penduduk kota Isfa. Bahkan ia tega membangun
menara yang tersusun dari 2000 mayat penduduk kota Sabzawar, menara yang
berdiri tinggi kokoh menantang langit, diperkuat batu dan tanah liat. Bahkan Baghdad
juga tak luput dari serangannya, hingga sang penguasa Baghdad harus melarikan
diri ke Mesir. Ironisnya, ia tega membuat 120 piramida dari kepala rakyat yang
ia bunuh di Baghdad.
Dalam kitab Tarikh al Khulafa’, Imam
as Suyuti menutup pembahasan beliau tentang sekumpulan fitnah yang mengguncang
keimanan kaum muslimin ini dengan doa: “Semoga Allah I menjemput kita ke rahmat-Nya sebelum fitnah
akhir abad kesembilan terjadi.” Beliau berkata demikian karena beliau hidup di
akhir abad kesembilan Hijriah. Dan kita juga patut berdoa: “Semoga Allah I menghindarkan kita dari fitnah akhir zaman ini,
dan segala fitnah yang menguji keimanan kita. Atau paling tidak, menguatkan
kita agar mampu menghadapi fitnah tersebut.” Amin.
Referensi :
Dari beberapa sumber
terkait
COMMENTS