Sebagai seorang mukmin, sepatutnya kita tidak boleh sedikitpun beranggapan bahwa Allah telah menciptakan suatu hal yang sia-sia di antara...
Sebagai seorang
mukmin, sepatutnya kita tidak boleh sedikitpun beranggapan bahwa Allah telah
menciptakan suatu hal yang sia-sia di antara makhluk-Nya. Karena Dia adalah Sang
Khaliq dan Maha sempurna. Tidak mungkin menciptakan sedikitpun kekurangan pada
ciptaan-Nya. Meskipun terkadang panca indra kita tidak dapat memahami makna
yang tersirat di dalam semua kehendak-Nya.
Feses adalah salah satu hal yang sering
dipandang sebelah mata oleh kebanyakan orang. Sisa metabolisme manusia ini
nyatanya bisa diolah kembali hingga menjadi salah satu energi alternatif yang
efektif, yang biasa dikenal dengan biogas.
Biogas merupakan
suatu campuran gas yang dihasilkan dari suatu proses penguraian bahan organik
oleh bakteri dalam keadaan tanpa oksigen (Prihandana & Hendroko 2008).
Manusia mulai memanfaatkan biogas pada zaman Mesir kuno. Kebudayaan Mesir kuno
diketahui telah menggunakan biogas alami dengan cara pembakaran untuk
menghasilkan panas. Fenomena serupa juga dijumpai pada kebudayaan Roma dan Cina
kuno.
Seiring berjalannya
zaman, muncul penelitian bahwa biogas merupakan gas methana. Fakta tersebut
terbukti pada tahun 1770, oleh ilmuan bernama Volta melalui penelitiannya
terhadap biogas yang keluar dari rawa-rawa. Selanjutnya, pada tahun 1884
seorang ilmuan bernama Pasteour melakukan penelitian tentang biogas dengan
menggunakan mediasi kotoran hewan. Dari era inilah yang menjadi patokan
berkembangnya biogas pada masa-masa berikutnya.
Menginjak abad ke-21, kesadaran akan perlunya energi alternatif
pengganti energi fosil semakin meningkat. Beberapa negara mulai menggalakkan
energi baru terbarukan, seperti biogas. Bahkan negara adidaya seperti Amerika
pun menaruh perhatian besar dalam pengembangan biogas. Hal itu diwujudkan
dengan pemberian dana dari departemen energi AS sebesar US$ 2,5 juta untuk
pengembangan biogas di California. Namun, Indonesia baru mengenal pemanfaatan
biogas pada tahun 1970-an. Nyatanya negara ini baru menerima perhatian lebih
dari pemerintah pada tahun 2006 yang ditandai dengan keluarnya peraturan
Presiden Republik Indonesia No. 5 Tahun 2006 tentang kebijakan energi nasional
untuk mengembangkan sumber energi alternatif sebagai pengganti bahan bakar
minyak (BBM) untuk menyelesaikan masalah krisis energi yang terjadi di
Indonesia.
Pada awalnya, teknologi pengolahan limbah ini hanya dikembangkan di
pedesaan saja, seperti yang terjadi di desa Haurngombong, Sumedang. Sejak tahun
2000-an, telah dikembangkan reaktor biogas skala kecil (rumah tangga) dengan
konstruksi sederhana yang terbuat dari plastik secara siap pasang dan dengan
harga yang relatif murah.
Salah satu upaya
pemerintah dalam mengembangkan teknologi biogas adalah dengan cara merangkul
pondok pesantren sebagai mitra kerja sebagai percontohan pengolahan tinja
menjadi energi listrik. Bahkan pada tahun 2015 ada lima belas pesantren di
seluruh indonesia yang menggunakan biogas sebagai penghasil listrik.
Sebagaimana pernyataan Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi
Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Rida Mulyana
saat kunjungannya ke Cirebon, Jawa Barat.
Pesantren-pesantren
yang diajak dan didanai oleh pemerintah adalah beberapa pesantren yang telah
memenuhi syarat sebagai penghasil biogas yang stabil dan memadai. Adapun syarat
utama yang harus dipenuhi oleh pesantren untuk direkrut adalah santri yang
berjumlah minimal 500 orang, agar dapat menghasilkan biogas yang optimal.
Pemanfaatan biogas
sebagai energi alternatif ternyata memiliki dampak yang cukup signifikan dalam
menghemat pengeluaran bahan bakar. Seperti yang terjadi pada Pondok Pesantren
Darul Quran. Pihak pengelola pesantren mengaku bahwa setelah memasang teknologi
pengolahan limbah manusia, hal tersebut telah menghemat pengeluaran sebesar Rp
2,5 juta per bulan untuk pembelian bahan bakar. Sementara itu pihak pesantren
juga mendapat keuntungan dari lahan pertanian di sekitar lokasi pesantren
karena limbah cair sisa pengolahan bisa dipakai untuk pupuk pertanian. Pihak
pesantren menyatakan bahwa nilai jual pertanian mereka mencapai Rp 1,6 juta per
bulan.
Menurut Abdul
Kholiq, peneliti Balai Teknologi Lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi (BPPT) di Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek)
Serpong, Tangerang, menyatakan bahwa dari 3.000 kepala keluarga di perkotaan,
dapat dihasilkan 225 meter kubik biogas atau setara dengan 103,5 kg elpiji
setiap hari. Senilai dengan elpiji yang dapat digunakan untuk memasak 207
keluarga. Sementara perolehan hasil listrik dari
biogas murni (mendekati kandungan CH4 100 %) di Pondok Pesantren Riyadhul Ulum
di Condong Cibeureum, Tasikmalaya bisa menggerakkan genset Bio Elektrik 1000
watt secara terus menerus selama empat hingga lima jam atau setara dengan 5 KWH
(kilo watt hour). Ketika digunakan pada kompor, biogas murni sebanyak itu bisa
menyalakan kompor lebih dari tujuh jam.
Untuk
mengolah feses menjadi gas, maka tinja harus ditampung dalam tempat khusus yang
kedap oksigen. Proses pembuatan gas biasanya memakan waktu dua minggu. Setelah
itu, biogas dijadikan bahan bakar untuk menggerakkan generator listrik untuk
menghasilkan energi.
Bukan
hanya penghematan biaya, kita juga dapat membuat lingkungan yang lebih bersih
dan bebas bau dengan pengolahan biogas. Karena kita bisa memanfaatkan sesuatu
yang seharusnya mengotori lingkungan dan mengurangi kumungkinan tercemarnya air
tanah.
Selain
itu, kita juga bisa mengurangi pengeluaran biaya sedot WC yang biasanya kita
lakukan sebulan sekali. Serta menghindari kelebihan penumpukan kotoran dalam septic tank yang bisa menyebabkan polusi
udara karena penyebaran bau tidak sedap.
Bukan
hanya menghasilkan listrik, limbah sisa pengolahan biogas juga bisa kita daur
ulang menjadi pupuk organik untuk sawah maupun pupuk kolam. Sehingga kita tidak
lagi membuang langsung material kuning langsung ke ikan, melainkan zat yang
berfungsi menghidupkan jasad renik dan plankton yang merupakan mangsa alami
terbaik bagi ikan. Jadi, rasa ikan dari kolam menjadi lebih higienis dan lezat.
COMMENTS