Untuk sampai di garis kepemimpinan, seseorang harus memenuhi syarat dan kriteria tertentu albashiroh.net Saat kita meneng...
albashiroh.net Saat kita menengok kembali realita zaman ini, kepemimpinan seakan
menjadi bahan rebutan bagi banyak kalangan. Dengan duduk di tampuk
kepemimpinan, seakan semua bisa diraih. Memang, menjadi pejabat tinggi dalam lingkup
kekuasaan, biasanya tidak lepas dari suatu ambisi. Ini godaan berat bagi mereka
di sana. Tidak sedikit dari mereka yang berlomba-lomba mendapatkannya hanya
sekadar untuk merasakan singgasana kedudukan. Mendapat beragam keinginan,
dihormati banyak kalangan dan ditaati tiap kali mengangkat tangan. Lantas,
apakah hal ini memang sebuah wujud dari hak-hak yang dapat dimiliki seorang
pemimpin dalam menguasai jabatannya?
Hal-hal yang telah disebutkan di atas adalah gambaran dari bermacam
kelebihan yang tersedia bagi para penguasa kedudukan. Maka tidaklah heran jika
menjadi kepala daerah, gubernur, walikota, bupati, anggota dewan maupun
direktur merupakan impian dan obsesi kebanyakan orang. Dari politikus,
birokrat, saudagar, tokoh masyarakat hingga para artis pun tak segan-segan
untuk ikut antri mendaftarkan diri demi menyuarakan nama di pentas
kepemimpinan.
Sayangnya, masih ada di antara mereka yang tidak terlebih dahulu
bercermin pada diri sendiri, layakkah mereka mendapatkan posisi yang mereka
tuju? Dengan sembrono mereka memasuki ruangan kepemimpinan tanpa memikirkan,
siapa mereka? Mampukah mereka menempati ruangan tersebut dan berkecimpung di
dalamnya?
Parahnya, kebanyakan dari mereka benar-benar tidak mengerti hakikat
kepemimpinan. Bagaimana itu konsep
kepemimpinan, syarat-syaratnya, dan kewajibannya. Bahkan banyak dari mereka
yang tidak peduli dengan tugas yang akan mereka emban. Tidak menelaah
kriteria-kriteria yang mestinya sudah mereka lunasi untuk sampai di terminal
kepemimpinan.
Padahal, kepemimpinan bukanlah sekadar kepemilikan jabatan semata.
Bukan pula bangku kosong yang perlu diisi seenaknya, menerima siapapun untuk
mendudukinya. Kepemimpinan, baik formal maupun informal, hakikatnya sudah
diatur dengan jelas oleh syariat Islam. Berbilang ayat dan hadits telah Allah
dan Rasulullah jelaskan untuk menyempurnakan jalan kehidupan umat manusia.
Bukan hanya untuk umat Islam, melainkan seluruh peradaban manusia yang muncul
di atas muka bumi.
Kriteria Rasional
Untuk sampai di garis kepemimpinan, seseorang harus memenuhi syarat dan
kriteria tertentu. Kepemimpinan yang notabenenya merupakan perkara wajib untuk
ditegakkan, tidak semudah itu dapat dijabat oleh siapa saja. Bahkan Sayyiduna
Abu Bakar, awalnya enggan untuk mengemban amanat memimpin umat yang baru saja
kehilangan sosok Rasulullah. Lalu, bagaimana hal tersebut diperebutkan oleh
orang-orang yang baru saja pandai mengenakan dasi?
Salah satu syarat kepemimpinan yang sangat rasional adalah iman dan
takwa kepada Allah. Ketika seorang hamba telah bertakwa kepada Allah, maka hal
itu menjadi tolak ukur bagi hamba tersebut dalam bertindak atas
kepemimpinannya. Karena ketakwaan adalah sebuah gambaran jelas bagaimana
seorang hamba mengemban amanah. Dalam terminologinya, takwa adalah melaksanakan
segala perintah Allah dan menjauhi semua larangan-Nya. Maka, dapatkah kita
mempercayakan urusan kepemimpinan yang tidak remeh ini kepada orang yang dalam
hal bertakwa saja tidak paham?
Haruskah kita mengecek kartu identitas masing-masing untuk mengingat
bahwa negara yang kita huni adalah Indonesia? Negara ini dibangun di atas asas
ketuhanan yang Maha Esa, dihuni oleh ribuan juta umat muslim dan mendapat gelar
sebagai negara dengan penganut agama Islam terbanyak. Lantas, masih terlalu
sulitkah bagi kita untuk mencari sosok pemimpin dari kaum muslim?
COMMENTS