Seiring dengan perjalanan perkembangan teknologi dunia yang semakin maju di segala lini banyak perubahan besar dalam kehidupan manusia...
Seiring dengan perjalanan
perkembangan teknologi dunia yang semakin maju di segala lini banyak perubahan
besar dalam kehidupan manusia. Salah satu dampak besar dalam lompatan teknologi
(leaf of technology) yang terus melesat adalah dominasi teknologi berbasis
informasi yang dikenal dengan internet. Ya, internet di masa kini sudah menjadi
bagian vital kehidupan manusia. Sejak ditemukan pertama kali oleh Departemen
Pertahanan Amerika (US America of Defense) pada tahun 1969, internet semula
yang hanya bisa diakses terbatas oleh kalangan tertentu sekarang sudah mejadi
konsumsi umum dan dan diakrabi oleh segenap lapisan masyarakat
dunia. Jika dulu internet hanya bisa diakses melalui perangkat komputer, maka
saat ini cukup satu gadget kecil seukuran genggaman tangan untuk menjelajahi
dunia tanpa batas ini. Sektor publik dan swasta juga
mendayagunakan internet untuk operasi mereka.
Perkembangan internet
bolehlah diumpamakan sebagai pisau bermata dua. Diakui banyak kalangan bahwa terdapat
kekhawatiran besar bagaimana mengarahkan arus besar penggunaan internet yang
sangat rentan dan rawan disalahgunakan. Tidak sedikit pemuda dalam
usia potensial (baca : pelajar atau mahasiswa ) yang membuang
banyak waktunya di depan layar komputer dan ponsel tanpa
memanfaatkan informasi positif yang dapat diambil. Sebaliknya, mereka justru
menghabiskan hari untuk jelajah chatting, game, online, jejaring sosial, bahkan
konten “khusus dewasa” yang haram. Memang benar, peranan penting dimiliki
internet sebagai penyalur informasi dan komunikasi. Tetapi kemudahan akses
internet benar-benar memberikan masalah baru bagi pemerhati pendidikan,
khususnya dalam bidang moral dan etika. Internet berpotensi menjadi dalang
utama kehancuran akhlak dan moral.
Fenomena Jejaring Sosial
Sejak diluncurkan pertama kali pada Februari 2004
oleh Mark Zuckerberg, facebook telah menjelma menjadi hal paling
fenomenal dan bagian fundemental dalam
kehidupan manusia. Bagaimana tidak, mari kita lihat data resmi yang
dipublikasikan media massa. Tahun 2011 Indonesia sempat menjadi Negara terbesar
kedua pengguna facebook di dunia setelah Amerika Serikat. Pada 1 Februari 2012,
posisi kedua yang sebelumnya dipegang Indonesia telah berubah. Adalah India,
Negara dengan jumlah populasi penduduk terbesar kedua di dunia, memiliki
43.497.980 pengguna facebook. Indonesia yang memiliki jumlah 43.060.360
pengguna Facebook menjadi Negara ketiga terbesar di dunia setelah dirilis oleh
Inside Facebook. Saling geser antar negara bukan tidak mungkin akan
terus berlanjut mengingat dinamika dunia maya dan jumlah pengguna yang terus
berkembang.
Satu hal yang patut
dicermati dari statistik diatas adalah, facebook sudah benar-benar menjadi
bagian hidup masyarakat masa kini terutama pemuda dan pelajar. Facebook beruntung
karena tumbuh beriringan dengan perkembangan dunia seluler yang membuat cara
terhubung pengguna dengan media menjadi mudah dan sederhana. Angka ini belum
diintegrasikan dengan jumlah pengguna situs jejaring sosial lain seperti
twitter, mySpace dan banyak microblogging lain yang terus bermunculan.
Banyak sekali akses yang
ditimbulkan oleh ledakan berjejaring sosial dalam kehidupan masyarakat. Di satu
sisi, jejaring sosial membuat konektivitas antar pengguna yang terbatas jarak
dan waktu seolah terhapus. Berbagi informasi, menjalin sillaturrahmi, dialog
dan diskusi bahkan rapat organisasi pun bisa dikerjakan bersamaan dan mudah
melalui media ini. Tidak sedikit pula yang lalu berjodoh dan melanjutkan
hubungan ke jenjang yang lebih serius. Hubungan komunikasi yang dulu serasa
tidak mungkin diwujudkan menjadi mudah dan terasa lebih dekat mengenal figur
publik. Di sisi lain, potensi negatifnya pun bisa dengan mudah dieksplorasi. Facebook
bisa menjadi sarana maksiat yang efektif untuk berhubungan antara lawan jenis. Berawal
dari dunia maya berlanjut dunia nyata.
Melihat perkembangan
internet yang sudah demikian luas dan mudah diakses, agaknya sangat sulit jika
bukan mustahil untuk menjauhkan anak sekarang secara mutlak dari internet. Yang
mungkin bisa dilakukan adalah pengetatan dan pengawasan pemakaian sesuai
fungsi. Barangkali bukan keputusan bijak jika anak sekarang diisolasi sama
sekali dari internet. Akan membuatnya tertinggal informasi terkini juga
pergaulan sosial sesamanya. Memang sepertinya itu adalah tindakan preventif
yang kelewat ekstrim. Namun bisa saja itu jadi pilihan jika memang situasi
diluar kendali. Semua kembali pada kesiapan pengguna dalam memahami kegunaan
fasilitas ini dengan baik. Jika sama sekali belum siap, solusi terbaik adalah
dengan menjauhkannya sama sekali apalagi jika disalahgunakan ke arah akses
konten berbau pornografi. Pengawasan aktif mutlak diperlukan sebagai tindak
pencegahan. Orang tua, guru dan sekolah harus memberikan bimbingan sesuai
kesiapan individu.
Pemerintah merupakan salah
satu kunci penting dalam pengendalian jejaring internet. Dengan otoritasnya
pemerintah bertanggung jawab mendidik dan mengawal generasi masyarakat dalam
pemanfaatan internet. Beberapa langkah sudah diambil pemerintah selaku pemegang
kebijakan. Pasal 27 ayat 1 UU nomor 11 tahun 2008 tentang ITE juga pasal 45
ayat 1 UU ITE merupakan beberapa pasal yang mengatur lalu lintas dunia maya. Sebenarnya dalam
tindakan antisipatif Indonesia masih kalah berani dengan China. China, dengan lebih
dari 500 juta pengguna internet, merupakan pengguna internet terbesar di dunia.
China menetapkan untuk memblokir beberapa Social Networking Sites (SNS) karena
ketakutan terhadap stabilitas negara, akibat isu-isu sensitif negara yang
diekspos di jejaring sosial. Perusahaan-perusahaan teknologi China kemudian
menawarkan teknologi serupa untuk bisa digunakan warga China dan bisa diawasi
oleh pemerintah. Positifnya, China juga memblokir konten pornografi dengan
penyaringan yang sangat ketat. Keberanian inilah yang justru tidak dipunyai
Indonesia yang notebene adalah Negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia.
Af
COMMENTS