Ketika hujan turun, apa yang akan kalian lakukan? Sebagian orang, mungkin seperti pencinta sastra, ia akan menulis puisi. Sebagian orang...
Ketika hujan turun, apa yang akan kalian lakukan? Sebagian
orang, mungkin seperti pencinta sastra, ia akan menulis puisi. Sebagian orang
lagi akan mengemasi baju jemuran yang lagi dijemur. Ada pula yang berlari
mencari tempat berteduh. Ada bahkan, yang menikmati hujan itu hingga hujan itu
hilang dan berganti panas.
Pada
dasarnya, hujan adalah anugerah. Berkatnya, tanaman yang tak terjamah oleh
pemiliknya dapat secara gratis menikmati
siramannya. Tanah yang kering dapat menjadi gembur lagi, sehingga tak perlu
untuk menggemburkan lagi bagi para petani.
Hujan
sendiri terkadang menjadi simbol
tersedih bagi para seniman. Atau kebahagiaan bagi para pencinta dramatis.
Alhasil, kawan, hujan menurut persepsi orang berbeda-beda. Abstrak.
Perbincangan
kali ini, Kawan. Adalah hujan mutiara, tentu saja pembahasannya bukan seperti
hujan di atas. Lebih meluas dan rileks. Sedikit tentang mutiara, kawan, ia
adalah sesuatu yang indah. Sedangkan hujan, seperti deskripsi yang di atas,
sesuatu yang jatuh dari atas. Artinya secara terminology, boleh dikatakan
sesuatu yang indah yang jatuh dari atas atau yang keluar dari atas. Masih belum
paham, singkat kata, adalah nasehat. Tapi, tentu saja ini menurut gambaranku
sendiri.
Settingnya
masih di dalam pondok. Seperti halnya hujan yang mengguyur suatu daerah. Hujan
mutiara juga seringkali mengguyur hati kami, serupa hujan yang kau rasakan,
kawan. Sejuk tak terkendali. Begitu banyak yang kurasakan terhadap pengaruh
hujan itu. Mestinya, hujan ini tak mengguyur suatu tempat atau daerah manapun.
Ia akan mengguyur tempat yang tak terlihat oleh mata telanjang. Tempat yang
ketika mendapat guyuran hujan itu akan terasa sejuk seperti hembus angin
pagi hari. Tempat itu kecil, tak seluas
lapangan atau apalah. Tapi, ia mempunyai pengaruh besar dalam tubuh kita,
adalah hati.
Kawan,
bukan hati hati biasa yang mudah mendapat siraman hujan mutiara itu. Hati ini
harus bersih dari penyakit hati apapun. Aku tak mungkin menjelaskannya, bukan?
Akan terlalu panjang dan waktu kita terlalu sempit. Ah, entahlah… aku tak
mengerti harus bagaimana. Tentu saja, kau lebih mengerti, bukan?
Hujan
mutiara. Mengapa saya mengatakannya hujan? Karena di sini, di pondok ini,
begitu banyak tempat yang membahas tentang nasehat. Berupa apapun itu, dan tentunya
seputar agama. Itulah mengapa saya mengatakannya hujan. Karena ia jatuh di
mana-mana. Dan mengguyur siapa saja yang mau menerimanya. Perihal penyakit
hati, ia akan tetap mengguyur yang berpenyakit dan bahkan sebagai obat hati.
Ah, terlalu luas manfaat hujan mutiara ini.
Kawan,
jika kau mendapat hujan mutiara itu, simpanlah. Ia akan menjadi benih di dalam
hatimu. Dan akan tumbuh serupa benih yang paling subur. Ia akan menyejukkan
hatimu dan menumbuhkan hatimu berupa rasa cinta kepada Sang Pencipta. Ia akan
menjadi mutiara di dalam hatimu dan jiwamu. Dan kelak, kau bahkan yang akan
menumpahkan hujan mutiara itu kepada siapapun, di manapun, dan tentang apapun
serupa dulu kau mendapatkannya. Bahkan, kau akan lebih deras menumpahkannya.
Selama hujan mutiara itu tidak kau ubah mutiaranya menjadi besi berkarat.
Maka,
temuilah tempat di mana hujan itu turun dengan deras, kawan. Datangilah tempat
yang menyediakan hujan itu tumpah ruah seperti hujan siang hari di depan
rumahmu. Tak perlu kau bayangkan betapa indahnya pelangi di siang hari. Kau
akan menemukan pelangi dari hujan mutiara ini lebih indah. Bahkan, pelangi
hujan mutiara ini akan menjadi pelangi seumur hidupmu. Dan akan terus berwarna
meski kau sudah tutup usia… .
Alfagir
29.08.2015
COMMENTS